Selamat Datang di Website Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Disini anda mendapat berbagai informasi pendidikan, jangan lupa tuliskan komentar positif untuk membantu kami malakukan update informasi. Terimakasih Pancasila di Era Disrupsi: Peluang dan Tantangan bagi Generasi Milenial - Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Header Ads

Header ADS

Pancasila di Era Disrupsi: Peluang dan Tantangan bagi Generasi Milenial

Peluang dan Tantangan bagi Generasi Milenial

Pengantar

Perkembangan zaman yang ditandai dengan era disrupsi membawa perubahan fundamental dalam berbagai aspek kehidupan. Kehadiran teknologi digital dan revolusi industri 4.0 menghadirkan konektivitas manusia, data, dan mesin dalam ruang virtual (cyber physical system). Situasi ini menantang eksistensi ideologi bangsa Indonesia: Pancasila.

Generasi milenial tidak boleh hanya menikmati hasil kemerdekaan, tetapi juga dituntut untuk berperan aktif mewujudkan Indonesia yang damai, adil, dan harmonis. Nilai-nilai luhur Pancasila perlu dihayati dan diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam pergaulan sosial, berbangsa, maupun bernegara.

Pancasila Sebagai Landasan Hidup

Pancasila lahir dari proses panjang yang dirumuskan para pendiri bangsa. Nilai-nilainya digali dari budaya, moral, dan spiritual masyarakat Indonesia, sehingga relevan untuk dijadikan pedoman hidup. Sebagai ideologi terbuka, Pancasila bersifat dinamis, adaptif, dan mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman, baik perubahan sosial maupun revolusi teknologi.

Media Sosial: Peluang Sekaligus Tantangan

Era digital membawa media sosial menjadi ruang interaksi baru. Berdasarkan data tahun 2022, Indonesia memiliki 204,7 juta pengguna internet dan 191,4 juta pengguna media sosial aktif. Angka ini menunjukkan peluang besar untuk mengaktualisasikan Pancasila dalam kehidupan digital.

Sila 1. Ketuhanan yang Maha Esa 

Menunjukkan toleransi dengan menghargai perbedaan, termasuk memberi apresiasi pada perayaan agama orang lain.

Contoh Riil Penerapan Sila 1 dalam Kehidupan Sehari-hari

  1. Menghargai Perayaan Agama Lain
    Misalnya, ketika umat Kristiani merayakan Natal, umat beragama lain ikut memberi ucapan selamat atau membantu menjaga keamanan lingkungan sekitar gereja. Demikian juga saat umat Muslim merayakan Idul Fitri, masyarakat dari agama lain ikut memberikan ucapan, berbagi kebahagiaan, bahkan saling mengunjungi.

  2. Gotong Royong dalam Pembangunan Tempat Ibadah
    Di banyak daerah di Indonesia, pembangunan rumah ibadah dilakukan secara gotong royong oleh warga lintas agama. Contohnya, umat Muslim ikut membantu pembangunan gereja di Flores, sementara umat Kristiani ikut membantu pembangunan masjid di beberapa daerah di Jawa.

  3. Saling Menjaga Ketertiban Ibadah
    Ketika bulan Ramadan, umat non-Muslim ikut menghormati dengan tidak makan dan minum di tempat umum pada siang hari. Sebaliknya, saat umat Hindu di Bali merayakan Nyepi, semua masyarakat tanpa memandang agama ikut menjaga suasana tenang dan menghentikan aktivitas.

  4. Apresiasi di Media Sosial
    Anak-anak muda seringkali menunjukkan toleransi dengan memberi like, komentar positif, atau repost ketika teman berbeda agama membagikan momen hari rayanya di media sosial.

Sila 2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab

Tidak menyebarkan hoaks, ujaran kebencian, atau konten yang melanggar hak orang lain.

Berikut contoh nyata penerapan Sila ke-2 (Kemanusiaan yang Adil dan Beradab):

  1. Tidak menyebarkan hoaks di media sosial. Misalnya, saat menerima informasi tentang bencana, kita memverifikasi kebenaran beritanya sebelum membagikan agar tidak menimbulkan kepanikan.

  2. Menghindari ujaran kebencian. Misalnya, dalam perbedaan pilihan politik, tetap menjaga tutur kata yang sopan tanpa merendahkan pihak lain.

  3. Menghargai hak cipta orang lain. Contohnya, tidak membajak karya musik, buku, atau film, melainkan membeli atau mengakses dari sumber resmi.


Sila 3. Persatuan Indonesia

Menjaga persatuan bangsa dengan mendukung produk dalam negeri dan tidak terprovokasi isu perpecahan.

Contoh dalam kehidupan sehari-hari

  1. Mendukung produk dalam negeri. Misalnya, membeli kain tenun ikat lokal Alor atau batik dari daerah lain, lalu mempromosikannya di media sosial agar lebih dikenal luas.
  2. Tidak mudah terprovokasi isu perpecahan. Contohnya, ketika ada berita bohong di media sosial yang menyudutkan kelompok tertentu, kita tidak langsung membagikan, tetapi mengecek fakta terlebih dahulu.

  3. Kerja sama lintas suku dan agama. Misalnya, saat terjadi bencana alam, masyarakat dari berbagai latar belakang bersama-sama membantu korban tanpa memandang perbedaan.

Sila 4. Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan

Membangun budaya demokrasi sehat dengan berdiskusi secara santun, menghargai pendapat orang lain, dan menghindari komentar yang merugikan.

  1. Musyawarah di lingkungan sekolah atau kampus. Misalnya, saat menentukan kegiatan ekstrakurikuler atau acara perpisahan, semua siswa/mahasiswa diberi kesempatan menyampaikan pendapat, lalu diputuskan bersama.
  2. Rapat warga di lingkungan RT/RW. Keputusan terkait kebersihan lingkungan, keamanan, atau pembangunan fasilitas umum diambil dengan musyawarah, bukan dengan paksaan.

  3. Diskusi di media sosial. Menghargai pendapat orang lain dengan memberi komentar yang santun, tidak menyinggung, dan tidak melakukan cyber bullying.

Sila 5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Memanfaatkan media sosial untuk menyuarakan keadilan sosial secara bijak dan bertanggung jawab.

  1. Menggunakan media sosial untuk advokasi sosial. Misalnya, membuat kampanye donasi online bagi korban bencana alam, lalu memastikan bantuan disalurkan tepat sasaran.

  2. Mendukung usaha kecil dan menengah. Contohnya, mempromosikan jualan tetangga atau UMKM lokal di media sosial agar mereka mendapat pasar yang lebih luas.

  3. Menyuarakan keadilan secara santun. Misalnya, ketika ada kebijakan publik yang kurang berpihak pada masyarakat kecil, kita bisa memberi masukan melalui kanal resmi atau diskusi publik tanpa ujaran kebencian.

  4. Membantu teman yang kesulitan. Contohnya, ketika ada teman yang kesulitan membayar biaya sekolah, kita bisa menggalang dukungan lewat media sosial dengan cara yang positif dan transparan.

Dengan demikian, kelima sila Pancasila bisa benar-benar membumi, termasuk di ruang digital.

Tantangan Aktualisasi Pancasila

Meskipun memiliki peluang besar, Pancasila tetap menghadapi tantangan serius di era revolusi industri 4.0. Ideologi global seperti liberalisme, komunisme, individualisme, hingga kapitalisme sering dipertentangkan dengan Pancasila. Selain itu, masalah sosial seperti narkoba, korupsi, radikalisme, dan kesenjangan ekonomi memperlemah pengamalan nilai-nilai kebangsaan.

Beberapa bentuk pelanggaran terhadap Pancasila yang masih terjadi:

Sila 1: Radikalisme berbasis agama dan perusakan rumah ibadah.

Sila 2: Human trafficking, pekerja anak, dan diskriminasi sosial.

Sila 3: Konflik antarsuku dan gerakan separatis.

Sila 4: Politik uang, primordialisme, dan rendahnya kedewasaan demokrasi.

Sila 5: Kesenjangan ekonomi, pengangguran, dan akses permodalan yang terbatas.

Penutup

Membumikan Pancasila di era disrupsi memerlukan keseriusan semua pihak. Upaya penguatan nilai-nilai Pancasila dapat dilakukan melalui pendidikan, partisipasi aktif masyarakat, dan pemanfaatan teknologi secara produktif. Generasi milenial sebagai pengguna media sosial terbesar di Indonesia memegang peran penting dalam menjaga relevansi Pancasila sebagai ideologi bangsa sekaligus panduan hidup dalam menghadapi tantangan global.

Tidak ada komentar

Terimakasih telah singgah. Silahkan tinggalkan komentar. Semoga artikel ini bermanfaat untuk anda.

Diberdayakan oleh Blogger.