Model Penyelenggaraan Pendidikan Vokasi, Teknologi dan Kejuruan
- Pendidikan Vokasi - |
Kedua model pendidikan ini memiliki orientasi yang sama, yaitu sistem pendidikan yang mengarahkan dan mempersiapkan peserta didik agar memiliki keahian khusus untuk dapat bekerja dalam bidang tertentu, seperti bisnis, pabrikasi, pertanian, kerumahtanggaan, otomotif telekomunikasi, listrik, bangunan dan lainnya.
Definisi di atas mengantarkan pemahaman yang sama antara pendidikan vokasi dan pendidikan kejuruan karena sama-sama mengajarkan materi ketrampilan terapan. Namun pada dasarnya pendidikan vokasi dan pendidikan kejuruan merupakan dua system pendidikan yang berbeda, yaitu pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik untuk bekerja di bidang tertentu sedangkan pendidikan vokasi merupakan pendidikan tinggi yang menyiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan keahlian terapan tertentu.
Strategi Pembelajaran Pendidikan Vokasi, Teknologi dan Kejuruan
Guna mempersiapkan siswa yang profesional di bidangnya, pendidikan kejuruan dan vokasi mengembangankan sistem pembelajaran ganda (dual system), yaitu pembelajaran di sekolah (in the job training) dan bekerja langsung pada dunia Industri (on the job training), Dual System SMK-DUDI.
Melalui dual system ini, lulusan pendidikan kejuruan diharapkan memiliki lima kompetensi utama sesuai kebutuhan pemangku kepentngan, yaitu;
- Kebutuhan masyarakat (societal needs)
- Kebutuhan dunia kerja (industrial needs)
- Kebutuhan profesional (professional needs)
- Kebutuhan generasi masa depan (vision needs)
- Kebutuhan ilmu pengetahuan (scientific needs)
Hal ini sejalan dengan arah pendidikan nasional yang ditujukan untuk menghasilkan sumber daya manusia Indonesia yang memiliki karakter, beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Masa Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, menjadi warga Negara yang demokratis, dan bertanggung jawab.
Untuk menjawab arah pendidikan bangsa tersebut maka pendidikan kejuruan dan vokasi memberikan jawaban yang kompherensif. Melalui in the job training, peserta didik akan memiliki karakter manusia yang berjiwa pancasilais, sedangkan melalui on the job training peserta didik akan menjadi pribadi yang cakap/profesional/memiliki keahlian, kreatif, mandiri dan bertanggungjawab.
Hal ini sangat didukung dengan tiga klasifikasi pada struktur kurikulum pendidikan kejuruan yang memuat tiga kelompok mata pelajaran, yaitu:
- Mata pelajaran normatif, yaitu kelompok mata pelajaran yang akan membentuk pribadi peserta didik menjadi pribadi yang berkarakter dan memiliki norma dan nilai, meliputi integritas, religius, nasionalis, mandiri dan gotong royong.
- Mata pelajaran adaptif, yaitu kelompok mata pelajaran yang mampu membentuk peserta didik memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas sehingga mereka dapat menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi di lingkungan sosial, serta mampu beradaptsi dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
- Mata pelajaran produktif, yaitu kelompok mata pelajaran yang bersifat melayani permintaan dunia kerja. Kelompok mata pelajaran ini akan membekali peserta didik agar memiliki kmpetensi kerja sesuai standar kompetensi kerja nasional Indonesia (SKKNI).
Baca Juga : Model-Model Penyelenggaraan Pendidikan Kejuruan
Hal ini tentunya searah dengan fungsi pendidikan kejuruan yaitu menyiapkan peserta didik menjadi manusia indonesia seutuhnya, menyiapkan peserta didik menjadi tenaga kerja produktif, dan menyiapkan peserta didik dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Model Penyelenggaraan Pendidikan Vokasi, Teknologi dan Kejuruan
Strategi penyelenggaraan pendidikan vokasi, teknologi dan kejuruan dapat dilaksanakan dalam tiga model kegiatan belajar, yaitu:
- Model Pasar (Market Oriented Model), yaitu pemerintah tidak memiliki peran, atau sebatas peran marginal, yaitu peran pemerintah hanya sebatas pada proses kualifikasi pendidikan kejuruan. Perusahaan-perusahaan sebagai pemeran utama berhak mendesain pendidikan kejuruan yang tidak harus berdasarkan prinsp prinsip pendidikan umum. Model ini dianut oleh negara Jepang, Inggris dan Amerika Serikat.
- Model Sekolah (School Modle), yaitu model yang bersifat birokrat. Dalam hal ini pemerintah memiliki peran utama dalam merencanakan, mengorganisasikan dan mengontrol serta menentukan jenis pendidikan apa yang harus dilaksanakan oleh sekolah, jenis kurikulumnya, penyiapan pendanaan dan pelatihan yang harus dilakukan oleh sekolah bersama perusahaan yang titentukan pemerintah. Model ini diterapkan di negara prancis, italia dan swedia, dan negara negara berkembang lainnya.
- Dual System (State Controler Market), yaitu sistem pembelajaran pendidikan kejuruan yang dilaksanakan di dua tempat, yaitu sekolah dan industri. Dalam model ini pemerintah berperan menyiapkan kondisi yang relatif komherensif dalam pendidikan kejuruan bagi perusahaan swasta dan sponsor lainnya. Sekolah dan industri akan bersma-sama menyiapkan peserta didik menjadi sosok yang handal dalam bidang yang ditekuninya. Negara yang menerapkan model ini diantaranya Swiss, Austria dan Jerman, dan Indonesia pun cenderung menerapkan model ketiga ini.
Demikian gambaran umum tentang Strategi Penyelenggaraan Pendidikan Vokasi, Teknologi dan Kejuruan, semoga bermanfaat. Untuk menambah pemahaman sahabat tentang materi di atas, silahkan download bahan ajar pada link di bawah ini.
Bahan Ajar - Strategi Penyeleggaraan Pendidikan Teknologi dan Kejuruan (PTK)
pas buat aporan portofolio
BalasHapus