Mencari Titik Temu: Toleransi yang Menghormati, Bukan Mencampuradukkan Keyakinan
![]() |
Indahnya Toleransi |
PKn (Opini) - Toleransi mengandung makna yang sangat dalam, yaitu penghormatan terhadap hak setiap individu atau kelompok untuk menjalankan ajaran agama mereka tanpa ada gangguan atau penolakan.
Di era globalisasi saat ini, seringkali kita dihadapkan dengan tantangan dalam memahami dan mempraktikkan toleransi beragama. Di satu sisi, kita diajarkan untuk menghormati dan menghargai perbedaan antar agama, tetapi di sisi lain, kita juga diingatkan untuk tetap menjaga dan mempertahankan keyakinan agama kita masing-masing.
Fenomena yang belakangan ini sering muncul, seperti umat Islam yang ikut merayakan hari besar agama lain di rumah ibadah mereka dengan mengenakan atribut khas seperti kopiah, sorban dan sarungan, menunjukkan adanya dilema besar dalam masyarakat kita tentang bagaimana seharusnya kita mempraktikkan toleransi.
Toleransi beragama adalah dasar penting bagi kehidupan bersama yang harmonis dalam masyarakat majemuk, karena menghormati perbedaan keyakinan adalah kunci untuk membangun kedamaian dan saling pengertian di tengah keberagaman. Namun, apakah toleransi beragama selalu berarti kita harus terlibat dalam ritual keagamaan orang lain, ataukah ada batas-batas tertentu yang perlu kita jaga agar tidak mengorbankan integritas ajaran agama kita?
Di sini, kita perlu mencari titik temu antara menghormati agama lain dan tetap menjaga keyakinan agama kita. Toleransi yang sejati bukan berarti mencampuradukkan ajaran atau simbol agama. Seorang Muslim yang ikut hadir di acara keagamaan umat lain dapat dianggap sebagai bentuk solidaritas sosial, tetapi ia tetap harus menjaga prinsip-prinsip ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari. Menghormati agama lain tidak berarti kita harus mengadopsi simbol atau praktik keagamaan mereka, karena ini bisa berisiko merusak pemahaman kita tentang keutuhan ajaran agama yang kita anut.
Baca Juga: Ground Breaking Pesantren Internasioanal, Terapkan Ekoteologi dalam Menjaga Lingkungan
Hal ini sejalan dengan ajaran yang terkandung dalam QS. Al-Kafirun (109:6): “Untukmu agamamu, dan untukkulah agamaku.” Ayat ini menegaskan bahwa meskipun kita hidup berdampingan dengan pemeluk agama lain, kita tetap dihargai dalam keyakinan agama kita masing-masing. Setiap agama memiliki ruang untuk berkembang sesuai dengan keyakinannya tanpa harus mengorbankan atau mencampuradukkan ajaran agama lainnya.
Penting untuk memahami bahwa toleransi yang mengedepankan penghormatan bukanlah toleransi yang mengorbankan prinsip. Sebagai contoh, seorang Muslim dapat mengucapkan selamat hari raya kepada umat lainnya tanpa harus terlibat dalam ritual mereka. Ini adalah bentuk penghormatan yang dalam dan tetap menjaga jarak antara tradisi dan keyakinan pribadi. Kita dapat berbagi kebahagiaan dan rasa syukur bersama tanpa harus menanggalkan atau merusak keyakinan agama kita.
Keharmonisan dalam hidup beragama tidak hanya tercapai melalui aksi-aksi simbolik atau keterlibatan dalam semua perayaan agama lain, melainkan melalui sikap saling menghargai, memahami, dan memberi ruang bagi perbedaan. Dalam hal ini, toleransi yang sehat adalah tentang menghormati hak orang lain untuk menjalankan keyakinannya, tanpa harus kehilangan jati diri agama kita.
Ketika kita mampu menjaga keseimbangan antara menghargai perbedaan dan memelihara keutuhan keyakinan kita, maka toleransi yang sesungguhnya akan tercipta — toleransi yang tidak mencampuradukkan keyakinan, tetapi tetap menghormati perbedaan dengan sepenuh hati.
Dengan begitu, kita akan mampu mencari titik temu yang mengedepankan toleransi yang sejati, yaitu toleransi yang menghormati, bukan mencampuradukkan keyakinan.
Materi Hakekat Toleransi
Tidak ada komentar
Terimakasih telah singgah. Silahkan tinggalkan komentar. Semoga artikel ini bermanfaat untuk anda.