Delapan Nasihat Rosulullah Kepada Abu Dzar Al Ghifari
![]() |
- Kaligrafi: Omaislam - |
Setelah menyatakan keislamannya, ia berkeliling Mekkah untuk mengabarkan bahwa ia kini adalah seorang Muslim, hingga memicu kekhawatiran serta kemarahan kaum kafir Quraisy dan membuatnya menjadi bulan - bulanan kaum Quraisy. Berkat pertolongan Abbas bin Abdul Muthalib, ia selamat dan suku Quraisy membebaskannya setelah mereka mengetahui bahwa orang yang dipukuli berasal dari suku Ghifar. Ia mengikuti hampir seluruh pertempuran-pertempuran selama Nabi Muhammad hidup.
Abu
Dzar al-Ghifari pernah berdialog dengan Rosulullah Sallallahu ‘alaihi
wasallam. Dalam dialog tersebut Abu Dzar al Ghifari memohon agar
Rosulullah Sallallahu ‘alaihi wasallam memberian kepadanya
beberapa wasiat, maka Rosulullah pun memberikan delapan nasehat berharga
kepadanya.
Abu
Dzar AlGhifari berkata kepada Rosulullah Sallallahu ‘alaihi wasallam:
“Wahai Rasulullah, berwasiatlah kepadaku.” Maka Rosulullah Sallallahu
‘alaihi wasallam pun bersabda :
1. Aku
wasiatkan kepadamu untuk bertaqwa kepada Allah, karena taqwa adalah pokok dari segala
urusan.
Taqwa adalah
menjalankan segala perintah Allah SWT, baik perintah untuk melaksanakan (Amr)
maupun perintah untuk meninggalkan (Nahy). Taqwa perupakan puncak dari
segala aktivitas ibadah seorang hamba yang berkaitan dengan Iman, Islam dan
Ihsan. Al Quran Surat Al Baqorh menjelaskan kriteria seorang muttaqin yaitu
orang-orang yang beriman kepada Allah, selalu mendirikan sholat dan menginfakkan
sebagian dari harta mereka di jalan Allah.
Abu Dzar pun
kembali meminta “Ya Rasulallah tambahkanlah, wasiat apalagi yang penting
setelah taqwa.” Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wasallam menjawab
:
2. Hendaklah
engkau senantiasa membaca Al Qur`an dan berdzikir kepada Allah, karena keduanya
merupakan cahaya bagimu di bumi dan simpananmu di langit.
Membaca al Quran
dan berdzikir kepada Allah diibaratkan deposito berharga dalam kehidupan dunia
kita, bunganya dapat digunakan untuk menerangi perjalanan kita di dunia,
sedangkan tabungannya akan menjadi aset masa depan di kehidupan akhirat nanti.
Rosulullah Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wasallam bersabda
“sebaik-baiknya kalian adalah orang yang mempelajari al Quran dan (kemudian)
mengajarkannya.”
Abu Dzar pun berkata
“Ya Rasulullah, tambahkanlah.” Rasulullah menjawab :
3. Janganlah engkau banyak tertawa, karena banyak tawa akan mematikan hati dan menghilangkan cahaya wajah.
Tertawa bagi kita
merupakan hal sepele, namun Rasulullah SAW melihat tertawa sebagai sesuatu yang
memiliki dampak psikologis dalam jiwa manusia. Kebanyakan tertawa akan
melupakan segala kewajiban sebagai seorang hamba. Rosulullah mengajarkan tawa
yang digambarkan dalam sebuah hadits, Abdullah bin al Harits yang mengatakan, ”Tertawanya
Rasulullah SAW hanya sekedar senyum.” (HR. Tirmidzi) dan sabda Rasulullah,
“Senyummu kepada saudaramu merupakan sedekah.” (HR. Tirmidzi).
Abu Dzar pun
berkata kembali “apa lagi ya Rasulullah.?” Rasulullah SAW pun
menjawab :
4. Hendaklah
engkau berjihad karena jihad adalah kependetaan ummatku.
Arti
jihad secara harfiah adalah bersungguh-sungguh. Jihad terbesar dalam kehidupan
kita saat ini adalah berjihad dalam mengendalikan hawa nafsu. Ketika selepas
perang Badar Rasulullah SAW berkata kepada para sahabatnya “Kita baru saja
kembali dari jihad kecil menuju jihad yang besar.” Para sahabat pun kaget
dan bertanya, “Apa jihad besar itu ya Rosulallah?, Rosulullah menjawab,
“Jihaad al-qalbi (jihad hati).’ Dalam riwayat lain disebutkan jihad
al-nafs”.
Abu
Dzar pun kembali meminta “Apa lagi ya Rasulullah?” Rasulullah SAW
menjawab:
5. Cintailah
orang-orang miskin dan bersahabatlah dengan mereka.
Mencintai
dan bersahabat dengan orang miskin merupakan manifestasi dari kemanusiaan seorang
hamba. Allah SWT berfirman “Dan berbuat baiklah kepada kedua ibu bapak,
karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan
tetangga yang jauh {294}, dan teman sejawat, ibnu sabil {295} dan hamba
sahayamu.” (An-Nisa’ : 36)
Lalu Abu
Dzar pun berkata “Tambah lagi ya Rosulullah.” Rasulullah SAW menjawab:
6. Katakanlah
yang benar walaupun pahit akibatnya.
Kepentingan
manusia sering menjadikan kebenaran membias, di zaman ini kita sulit untuk
membedakan mana hak dan bathil, seseorang akan berargumen dengan berbagai
alasan pembenaran untuk membernarkan sesuatu yang salah dalam pandangan hukum
agama.
Dalam
kondisi demikian maka menyampaikan kebenaran merupakan hal mutlak yang harus
dilakukan oleh seorang hamba, Rasulullah bersabda, “Barangsiapa diantara
kalian melihat suatu kemunkaran maka ubahlah dengan tangan (kekuasaan) mu, jika
kamu tidak mampu maka ubahlah dengan lisanmu, dan jika tidak mampu juga (maka
ubahlah)dengan pengingkaran hatimu, dan disinilah letak lemahnya keimanan seseoran
.”
Abu
Dzar pun berkata, “tambahkan lagi untukku!.” Rasulullah pun menjawab :
7. Sampaikan kepada manusia apa yang telah engkau ketahui dan mereka belum
mendapatkan apa yang engkau sampaikan. Cukup sebagai kekurangan bagimu jika
engkau tidak mengetahui apa yang telah diketahui manusia dan engkau membawa
sesuatu yang telah mereka dapati (ketahui).
Salah
satu tanggungjawab seseorang yang mengaku beriman kepada Allah dan hari akhir
adalah selalu menasihati dalam hal kabajikan. Sebagaimana firman Allah “dan
orang-orang yang saling menasihati akan kebenaran...” (QS. Al Asr : 3)
Kemudian
Beliau memukulkan tangannya ke dadaku seraya bersabda,
8. Wahai
Abu Dzar, Tidaklah ada orang yang berakal sebagaimana orang yang mau berfikir,
tidak ada wara` sebagaimana orang yang menahan diri (dari meminta), dan
tidaklah disebut menghitung diri sebagaimana orang yang baik akhlaqnya.
Inilah delapan wasiat Rasulullah SAW kepada sahabat terdekatnya, Abu Dzar Al Ghifari . Semoga kita dapat menginspirasi dan menjadi pondasi kita dalam menjalani kehidupan dunia ini.
Download buletin dakwah pada link ini Nasihat Rosulullah kepada Abu Dzar Al Ghifari
Tidak ada komentar
Terimakasih telah singgah. Silahkan tinggalkan komentar. Semoga artikel ini bermanfaat untuk anda.