Selamat Datang di Website Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Disini anda mendapat berbagai informasi pendidikan, jangan lupa tuliskan komentar positif untuk membantu kami malakukan update informasi. Terimakasih

Profil Ir. Soekarno | Tokoh Nasional - Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Header Ads

Header ADS

Profil Ir. Soekarno | Tokoh Nasional

| Keluarga Ir. Soekarno |

Ir. Soekarno lahir di PanelehSurabayaJawa Timur dari pasangan Raden Soekemi Sosrodihardjo (1873–1945) dan Ida Ayu Nyoman Rai (1881–1958).[7] 

Soekarno lahir dengan nama Kusno. Ayah Soekarno seorang muslim dengan profesi seorang guru yang bekerja pada Sekolah Dasar Pribumi di Singaraja Bali, sedangkan Ibunya merupakan keturunan bangsawan Bali yang beragama Hindu.[7] 

Soekarno kecil tinggal bersama kakeknya, Raden Hardjokromo, di Tulung Agung, Jawa Timur. Ketika berusia sebelas tahun, nama Kusno diganti oleh ayahnya menjadi Soekarno. Pergantian nama dilakukan karena Soekarno kecil sering sakit.[7]

Nama Soekarno diambil dari panglima perang dalam kisah Bharata Yudha yaitu Karna.[7] Nama Karna menjadi "Karno" karena dalam bahasa Jawa huruf "a" berubah menjadi "o" sedangkan awalan "su" memiliki arti "baik".[9]

Ketika Soekarno menjadi presiden, ejaan nama Soekarno diganti olehnya sendiri menjadi Sukarno karena menurutnya nama Soekarno menggunakan ejaan penjajah (Belanda).[9] 

Sukarno tetap menggunakan nama Soekarno dalam tanda tangannya karena tanda tangan tersebut adalah tanda tangan yang tercantum dalam Teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang tidak boleh diubah.[9] 


Baca Juga: Pembentukan BPUPKI


Achmed Soekarno

Di beberapa negara barat, nama Soekarno sering ditulis Achmed Soekarno. Soekarno menyebutkan bahwa nama Achmed didapatnya ketika menunaikan ibadah haji.[11] 

Dalam versi lain disebutkan bahwa pemberian nama Achmed di depan Soekarno dilakukan oleh para diplomat muslim asal Indonesia yang sedang melakukan misi luar negeri dalam upaya untuk mendapatkan pengakuan kedaulatan negara Indonesia oleh negara-negara Arab.

Dalam buku Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia dijelaskan bahwa namanya hanya Sukarno, karena dalam masyarakat Indonesia bukan hal yang tidak biasa memiliki nama yang terdiri satu kata.


Masa Kecil dan Remaja

| Soekarno kecil |
Soekarno kecil bersekolah di Tulung Agung lalu pindah ke Mojokerto mengikuti orangtuanya yang ditugaskan di kota tersebut.[7] Di Mojokerto, ayah Soekarno mamasukan Soekarno ke Eerste Inlandse School, sekolah tempat ia bekerja.[13] 

Untuk memudahkan Soekarno diterima di Hogere Burger School (HBS), maka pada Juni 1911 Soekarno dipindahkan ke Europeesche Lagere School (ELS).[7] 

Pada tahun 1915, Soekarno telah menyelesaikan pendidikannya di Europeesche Lagere School (ELSdan berhasil melanjutkan ke Hogere Burger School (HBSdi Surabaya, Jawa Timur. Soekarno diterima di HBS atas bantuan Haji Oemar Said TjokroaminotoH.O.S. Tjokroaminoto bahkan memberi tempat tinggal bagi Soekarno di pondokan kediamannya.[7] 

Di Surabaya, Soekarno banyak bertemu dengan para pemimpin Sarekat Islam, organisasi yang dipimpin Tjokroaminoto saat itu, Alimin bin PrawirodirdjoMunawar Muso atau Musso, Darsono, Haji Agus Salim, dan Abdul Muis.[7] 

Soekarno kemudian aktif dalam kegiatan organisasi pemuda Tri Koro Dharmo yang dibentuk sebagai organisasi dari Budi Utomo. Nama organisasi tersebut kemudian ia ganti menjadi Jong Java (Pemuda Jawa) pada 1918.[7] Selain itu, Soekarno juga aktif menulis di harian "Oetoesan Hindia" yang dipimpin oleh Tjokroaminoto.[13]

Soekarno menamatkan sekolah di HBS Surabaya pada Juli 1921.[14] Bersama Djoko Asmo, rekan satu angkatan di HBS, Soekarno melanjutkan ke studi ke Technische Hoogeschool te Bandoeng (sekarang ITB) di Bandung dengan mengambil jurusan teknik sipil.[3] 

Setelah dua bulan Soekarno meninggalkan kuliah, dan pada tahun 1922 Soekarno mendaftar kembali dan tamat pada 25 Mei 1926,[15] dan diwisudakan pada 3 Juli 1926 bersama delapan belas insinyur lainnya.[3] 

Prof. Jacob Clay, ketua fakultas Technische Hoogeschool te Bandoeng (ITB) mengapresiasi para lulusan asal pribumi dengan pernyataan "Terutama penting peristiwa itu bagi kita karena ada di antaranya 3 orang insinyur orang Jawa".[3] Mereka adalah Soekarno, Anwari, dan Soetedjo, selain itu ada seorang lagi dari Minahasa yaitu Johannes Alexander Henricus Ondang.[16]

Saat di Bandung, Soekarno tinggal di kediaman Haji Sanusi yang merupakan anggota Sarekat Islam dan sahabat karib Tjokroaminoto.[7] 

Di sana Soekarno berinteraksi dengan Ki Hajar DewantaraTjipto Mangunkusumo, dan Dr. Douwes Dekker, yang saat itu merupakan pemimpin organisasi National Indische Partij.


Baca: Sejarah Pembentukan PPKI


Sang Arsitek

| Pembangunan Istiqlal |
Bung Karno adalah presiden pertama Indonesia, sang proklamator, yang juga dikenal sebagai arsitek alumni dari Technische Hoogeschool te Bandoeng (ITB) Bandung jurusan teknik sipil dan tamat pada tahun 1926. 

Beberapa pekerjaan yang ditekuni Soekarno setelah selesai kuliah antara lain:
      1. Pada tahun 1926, Ir. Soekarno mendirikan biro insinyur bersama Ir. Anwari dan banyak mengerjakan rancang bangun bangunan, dan bersama Ir. Rooseno juga merancang dan membangun rumah dan jenis bangunan lainnya.
      2. Ketika dibuang di Bengkulu menyempatkan waktu untuk merancang beberapa rumah dan merenovasi total masjid Jami' di tengah kota.[18]

Semasa menjabat sebagai presiden RI, terdapat beberapa karya arsitektur yang dipengaruhi atau dicetuskan oleh Soekarno. Di awal Mei - Juli 1956 Soekarno melakukan perjalanan ke beberapa negara Barat seperti USA, Kanada, Italia, Jerman Barat, dan Swiss. Perjalanan tersebut membuka cakrawala Soekarno dalam menata Indonesia secara holistik.[19]

Soekarno membidik Jakarta sebagai wajah Indonesia dan merencanakan penataan kota Jakarta sebagai pusat pemerintahan Indonesia.

Dimasa kepemimpinannya, Soekarno menghasilkan berbagai karya melalui beberapa arsitek seperti Frederich Silaban dan R.M. Soedarsono yang dibantu beberapa arsitek junior untuk visualisasi. 

Beberapa desain arsitektural di masa Soekarno dibuat melalui sayembara, antara lain.[20]

      1. Masjid Istiqlal (1951)
      2. Monumen Nasional (1960)
      3. Gedung Conefo[20]
      4. Gedung Sarinah[20]
      5. Wisma Nusantara[20]
      6. Hotel Indonesia (1962)[21]
      7. Tugu Selamat Datang[21]
      8. Monumen Pembebasan Irian Barat[21]
      9. Patung Dirgantara[21]
      10. Pada tahun 1955 Soekarno menunaikan ibadah haji. Sebagai seorang arsitek, Soekarno memberikan sumbangan ide arsitektural kepada pemerintah Arab Saudi agar membuat bangunan untuk melakukan sa’i menjadi dua jalur dalam bangunan dua lantai. Pemerintah Arab Saudi melakukan renovasi Masjidil Haram secara besar-besaran pada tahun 1966, termasuk pembuatan lantai bertingkat bagi umat yang melaksanakan sa’i menjadi dua jalur dan lantai bertingkat untuk melakukan tawaf [17]
      11. Rancangan skema Tata Ruang Kota Palangkaraya yang diresmikan pada tahun 1957 [17]


Akhir Hayat Soekarno
| Sholat Jenazah |

Pada tahun 1961 dan tahun 1964 Soekarno menjalani perawatan di Wina, Austria dengan diagnosa gangguan ginjal. 

Prof. Dr. K. Fellinger dari Fakultas Kedokteran Universitas Wina menyarankan agar ginjal kiri Soekarno diangkat, namun Soekarno menolak dan memilih pengobatan tradisional.[34] 

Sepulangnya ke Indnesia pemeriksaan rutin dilakukan oleh Dokter Mahar Mardjono (Dokter kepresidenan). Hingga pada tanggal 21 Juni 1970 Soekarno dinyatakan wafat di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto oleh komunike medis yang ditandatangani oleh Ketua Prof. Dr. Mahar Mardjono dan Wakil Ketua Mayor Jenderal TNI dr. Roebiono Kertopati. Jenazah Soekarno pun dipindahkan dari RSPAD ke Wisma Yasso yang dimiliki oleh Ratna Sari Dewi.[34] 

Komunike medis menyatakan bahwa:[34]

      1. Pada hari Sabtu tanggal 20 Juni 1970 jam 20.30 keadaan kesehatan Soekarno semakin memburuk dan kesadaran berangsur-angsur menurun.
      2. Tanggal 21 Juni 1970 jam 03.50 pagi, Soekarno dalam keadaan tidak sadar dan kemudian pada jam 07.00 Ir. Soekarno meninggal dunia.
      3. Tim dokter secara terus-menerus berusaha mengatasi keadaan kritis Soekarno hingga saat meninggalnya.


Makam Soekarno

| Makam Soekarno |
Pada masa hidupnya Soekarno pernah meminta agar jenazahnya di shalatkan Buya Hamka sebagai Imam, dan dimakamkan di Istana Batu Tulis Bogor. Permintaan pertama dikabulkan namun untuk ermintaan kedua, pemerintahan Presiden Soeharto memilih Kota Blitar Jawa Timur sebagai tempat pemakaman Soekarno. Hal tersebut ditetapkan melalui Keppres RI No. 44 tahun 1970. Jenazah Soekarno dibawa ke Blitar sehari setelah kematiannya dan dimakamkan keesokan harinya bersebelahan dengan makam ibunya.[34] 

Upacara pemakaman Soekarno dipimpin oleh Panglima ABRI Jenderal Maraden Panggabean sebagai inspektur upacara. Pemerintah kemudian menetapkan masa berkabung selama tujuh hari.[34]

Demikian profil singkat Ir. Soekarno, semoga bermanfaat.


Sumber: wikepedia

Tidak ada komentar

Terimakasih telah singgah. Silahkan tinggalkan komentar. Semoga artikel ini bermanfaat untuk anda.

Diberdayakan oleh Blogger.